Sahabat sekalian, akhir-akhir ini
sering sekali kita dengar kata galau menjadi trend di kalangan remaja
khususnya. Kata itu menjadi sebuah perwujudan gambaran karakter pemuda
Indonesia saat ini, karena kata-kata yang berkembang ialah bukan kata
optimis tapi malah pesimistis. Sehingga secara tidak langsung sebenarnya
akan memberikan dampak pada yang mendengarnya. Contoh: bila saya bilang
kepada Anda, jangan pikirkan gajah! Lalu apa yang terbayang di pikiran
Anda? Gajah bukan? Sama bila kita bilang jangan galau, maka yang pertama
terlintas di pikiran yang mendengar ialah galau, dan pada akhirnya akan
mensugesti orang yang mendengarnya menjadi galau “beneran”.
Sudah
ribuan artikel dan ratusan seminar motivasi yang bertujuan
menghilangkan rasa galau kepada para remaja dan pemuda di Indonesia, dan
parahnya, ternyata kata galau malah semakin berkembang dan terus
berkembang merasuki alam bawah sadar yang mendengarnya, terlebih
strategi yang diberikan oleh motivator-motivator itu instan dan kurang
membekas dalam relung hati remaja yang sedang galau. Oleh karena itu
kita sebagai umat Islam sesungguhnya tidak usah bersusah payah mencari
jalan akan seseorang tidak galau, karena Allah telah mempersiapkannya.
Melihat
dan menganalisa pengalaman pribadi penulis, pada akhirnya penulis
mencoba menformulakan resep obat anti GALAU abadi untuk para remaja dan
semua yang sedang galau, namun resep ini tidak akan berjalan dengan baik
jika tidak di lakukan. Dan penulis melihat ada orang-orang yang kebal
dengan rasa Galau. Resep Mereka ialah
Jadilah penghafal Al–Qur’an:
penulis pada saat kuliah, penulis sering berinteraksi dengan
teman-teman yang aktivitas menghafal Qurannya Intens. Dan yang terlihat
ialah, mereka yang selalu berusaha menghafal Al-Quran hidupnya selalu
bahagia, perasaan mereka penuh dengan harumnya ayat-ayat Allah, sehingga
ketika masalah dan rasa galau datang, tidak berhasil menembus indahnya
naungan Al –Quran dalam dirinya.
Berbeda antara aktivitas membaca
Al –Quran dengan kegiatan menghafal Quran, bila hanya membaca maka
ketenangan yang ada bertahan hanya beberapa hari, kemudian jika belum
kembali membaca Quran maka rasa galau bisa menembus celah-celah
kekosongan ruhani kita.
Sedangkan bila kita fokus pada kegiatan
menghafalnya, maka hati akan terus-menerus tanpa disadari untuk selalu
melantunkan ayat –ayat Allah dan berusaha menjaga Ayat-Ayat Allah agar
terjaga dan tidak lupa, sekalipun saat kita tidak memegang Al –Quran
secara langsung. Karena bagi penghafal Quran, di manapun dia berada dan
saat bisa maka ia akan terus melantunkan ayat-ayat yang dihafalnya dalam
hatinya, walaupun saat sedang berada di bis, terminal, angkot, kereta,
busway bahkan terkadang mohon maaf, saat di toilet pun, tanpa di
pikirkan, yang bersenandung di pikiran pada penghafal Quran ialah
suara-suara hafalan yang pernah atau sedang mereka dengar.
Sehingga,
jika setiap detik kita berinteraksi dengan Al –Quran maka rasa galau
akan mati rasa jika mencoba- coba merasuki pikiran kita. Belum lagi di
tambah keutamaan seseorang yang hafal Quran nanti di akhirat akan
mendapatkan kedudukan yang sangat tinggi setara dengan Nabi dan para
Syuhada. Dan Al Qur’an yang jika kit abaca sehari saja akan menjadi
syafaat di hari akhirat, apalagi jika kita hafal ayat-ayat Allah
tersebut.
Oleh karena itu wajarlah jika para remaja atau pemuda di
Indonesia mudah galau, karena mereka jarang mendengarkan, membaca dan
menghafal Al-Quran. Dan lebih sering mendengarkan musik dan nyanyian
yang merupakan sumber kegalauan yang cukup besar. Dan terkadang waktu
kita buat (maaf) buang air besar dalam satu hari, lebih lama dari waktu
kita untuk membaca atau menghafal Al-Quran.
Intinya mereka para
penghafal Al –Quran ialah orang yang kebal rasa dengan galau, bĂȘte dan
lemah. Jika ada penghafal Al-Quran masih galau, berarti indahnya Quran
belum merasuki sanubari nya.
Jika ingin bahagia selalu dan anti
galau jadilah penghafal Al Qur’an. Kalau tidak percaya, coba saja,
rasakan dan lihat apa yang terjadi!!
Wallahu ‘alam.
0 komentar:
Posting Komentar