“Saya sedang Galau nih, tolong saya..!”
ini salah satu dari sekian banyak tema galau yang meramaikan dunia
per’facebook’an Indonesia. Kata galau kini kian akrab dengan kita
seiring dengan makin intimnya kita dengan jejaring sosial, seperti
facebook dan twitter. Intinya, Galau adalah sebuah kata yang akhir-akhir
ini nge-trend dikalangan masyarakat Indonesia, khususnya bagi
kaum remaja dan kaum muda di negeri ini, tak terkecuali para pemimpin,
mungkin saja mereka juga tak terlepas dari kegalauan menyaksikan aksi
rakyatnya yang lagi galau saat ini. Tapi sebelum kita jauh menyelam ke
dasar kegalauan, alangkah baiknya jika kita menyatukan persepsi dalam
memaknai arti kata galau itu sendiri, agar kita termasuk orang yang
terbiasa dengan keanehan dan memakluminya.
Kata galau dalam bahasa Inggris bisa diartikan ‘confusion’
sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, tidak memberikan sebuah
defenisi yang konkrit tapi setidaknya bias dimaknai bahwa kata galau
adalah sebuah kata sifat yang bisa diartikan “kacau, tidak karuan (dalam pikiran)”.
Menurut sumber dari orang yang ‘sering galau’ -sebuah obrolan singkat
di jejaring social- menyebutkan bahwa Galau adalah keadaan dimana
seseorang menjadi murung secara mendadak bisa dibilang “Manyun Sindrom”,
yakni dimana secara otomatis gerak bibir menjadi manyun secara tidak
wajar dan emosional akan turun drastis menuju titik kesedihan paling
dasar. Pendapat lain menyebutkan Galau adalah suatu perasaan dilema,
Galau adalah sebuah pengambilan keputusan yang tidak pernah final, Galau
adalah suatu pikiran jangka pendek yang berubah-ubah dalam waktu
singkat, akibat rasa lelah, jenuh dan bosan, Galau adalah suatu khayalan
tingkat tinggi yang telah bercampur dengan pikiran atau persoalan
pribadi yang nyata. Dan banyak lagi rentetan opini tentang Galau yang
akan menjadikan kita galau jika memikirkannya. Tapi intinya Galau adalah
sebuah pikiran yang tidak dapat di cerna dengan baik oleh otak, karena
sifatnya yang berubah-ubah dan membuat otak yang lelah bertambah lelah
serta menyebabkan kekacauan dalam berpikir.
Sebenarnya galau hanyalah soal ekspresi
dari perasaan saja. mulai dari ketidaksenangan, ketidakksukaan, sampai
pada ketidaktenangan, kegelisahan terhadap sesuatu. Mungkin karena
alasan tugas sekolah atau tugas kuliah yang menumpuk, urusan skripsi
yang tak berujung dan tak bertepi, atau urusan menanti pendamping hidup
bagi mereka yang telah sarjana yang hingga kini belum datang menyapa,
dan masalah-masalah sosial kemasyarakatan lainnya. Rasa galau kini
menjadi sebuah gambaran karaktek pemuda Indonesia dalam menyikapi
masalah yang menimpanya, karena kata-kata yang berkembang bukanlah kata
optimis tapi malah pesimistis. Sehingga secara tidak langsung sebenarnya
akan memberikan dampak pada yang mendengarnya. Galau memang bukan
penyakit, tetapi kalau galau secara terus menerus bisa mendatangkan
penyakit, bahkan berdampak pada kejiwaan seseorang.
Salah satu faktor yang menyebabkan
kegalauan adalah masalah, setiap orang memiliki masalah dengan kadar
yang berbeda, perbedaan itu telah sedemikian sempurna hingga mustahil
Allah memberikan masalah yang tidak dapat diselesaikan oleh hambaNya.
Allah menguji kita sesuai tingkat keimanan kita kepada-Nya. Ujian dari
Allah bertujuan untuk membuktikan kebenaran keyakinan keimanan
seseorang, apakah ia layak disebut orang beriman ataukan orang munafik
yang hanya menampakkan zahirnya dan bersembunyi di balik kepalsuannya. “Dan
sungguh akan Kami berikan cobaan kepada kalian, dengan sedikit
ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan
berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar.” (QS.Al-Baqarah:155)
Berbagai cara dilakukan untuk
menyelesaikan masalah ataupun kegalauan yang menimpa seseorang.
Sebagaian besar memanfaatkan jejaring sosial sebagai media
mempublikasikan kegalauannya. Mayoritas orang yang galau suka
melebih-lebihkan masalah yang menimpanya. Hal yang mereka lakukan ini
adalah bukti bahwa mereka adalah orang yang tak mampu menerima ujian
yang menimpanya. Penyikapan seseorang atas masalahnya menunjukkan
tingkat pemahaman mereka terhadap masalah itu sendiri.
“Kepunyaan Allahlah apa yang ada di
langit dan di bumi. Apabila kamu menampakkan atau menyembunyikan apa
yang ada pada dirimu, maka Allah akan memperhitungkan kamu lantaran
perbuatan itu. Lalu Dia mengampuni orang yang dikehendaki-Nya dan
mengazab orang yang dikehendaki-Nya. Allah Mahakuasa atas segala
sesuatu.” (QS.Al Baqarah:284)
Orang yang galau adalah orang yang tak
mampu menyalurkan resah mereka dengan cara yang benar, padahal cukuplah
Allah bagi kita, tidak ada Tuhan selainNya. Hanya kepadaNya kita
bertawakkal.” Status di jejaring sosial yang berisi keluhan, kegalauan,
kebimbangan kadang ditulis dengan berlebihan, padahal mengeluh tidak
menyelesaikan masalah. Galau tidak memberikan solusi atas masalah
seseorang, tapi justru menambah beban bagi pelakunya. Kegalauan
seseorang menunjukkan bahwa ia tidak mampu menyelesaikan masalahnya
sendiri, padahal Allah telah berjanji bahwa Allah tidak akan membebani
seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya.
Orang yang galau adalah orang yang tak
mampu menemukan solusi yang hakiki. Mereka mencari solusi pada tempat
yang mustahil memberikan solusi. Padahal sudah jelas bahwa sabar dan
shalat adalah sebaik-baik cara untuk mendapatkan solusi yang hakiki. “Dan
mintalah pertolongan kepada Allah dengan Sabar dan Sholat dan
sesungguhnya Sholat itu amatlah berat kecuali kepada orang-orang yang
khusyuk” (QS.Al Baqarah:45)
Allah adalah Rabb yang Maha Baik, maka
apapun yang Dia tetapkan adalah kebaikan. Orang yang galau tak mampu
memahami bahwa semua yang Allah tetapkan kepada makhluk-Nya adalah baik.
Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia amat baik bagimu, dan boleh
jadi pula kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu, Allah
mengetahui sedang kamu tidak mengetahui.
Orang yang galau adalah orang yang tak
mampu mengetahui hakikat dari ujian yang menimpa dirinya padahal sungguh
tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan tidak pula pada diri
kita melainkan telah tertulis dalam kitab Lauhul Mahfuzh sebelum Allah
menciptakan kita. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi
Allah.
Orang yang galau adalah orang yang belum
mampu bersyukur, padahal sesungguhnya ujian dan cobaan, susah dan
senang, gagal dan sukses semua adalah nikmat yang patut kita syukuri.
Serta mencoba mengambil hikmah dari setiap warna kehidupan kita. Marilah
kita mencoba untuk menjadi muslim yang baik seperti dalam hadits
Rasulullah: “Amat menakjubkan keadaan orang mu’min itu, sesungguhnya
semua keadaannya itu adalah merupakan kebaikan baginya dan kebaikan
yang sedemikian itu tidak akan ada lagi seorangpun melainkan hanya untuk
orang mu’min. Apabila ia mendapatkan kesenangan hidup, dia bersyukur,
maka hal itu adalah kebaikan baginya. Apabila ia ditimpa musibah, maka
iapun bersabar dan hal inipun adalah merupakan kebaikan baginya.” (HR.Muslim)
Orang yang galau adalah orang yang tak
mampu memahami bahwa masalah yang menimpanya adalah ujian yang dapat
meningkatkan derajatnya disisi Allah. Bagai seseorang yang akan meraih
gelar sarjana maka pasti akan diuji terlebih dahulu, jika ia mampu
menyelesaikan beberapa tahapan ujian tersebut, maka ia akan lulus, namun
jika gagal maka ia akan kembali melakukan perbaikan. Begitupun ujian
dalam kehidupan ini, berat dan ringannya ujian di sesuaikan dengan
kedudukannya dihadapan Allah. Jika ia adalah orang yang kuat agamanya,
maka kuat pula ujian baginya. Bagai sebuah permisalan semakin tinggi
pohon semakin besar angin yang menerpanya.
Orang yang sedang galau adalah orang yang
tak mampu bersabar atas ujian dari Allah, merasa diri mereka sebagai
orang yang paling menderita, mengumbar seakan-akan lemah tak berdaya.
Padahal sesungguhnya musibah dan masalah adalah sarana untuk melatih
kesabaran. Kita tidak akan dapat bertahan dalam sebuah kebaikan kecuali
dengan bersabar. Kita tidak dapat mentaati Allah dan menjauhi kebatilan
kecuali dengan sabar.
Oleh karena itu kita sebagai umat Islam
sesungguhnya tidak perlu bersusah payah mencari jalan keluar bagi hati
yang galau, jika setiap saat kita berdzikir dan berinteraksi dengan Al
Qur’an maka rasa galau yang merasuki pikirann akan sirna. Oleh karena
itu wajarlah jika para remaja atau pemuda masa kini dengan mudahnya
terserang ‘virus’ galau, karena mereka jarang berdzikir atau
mendengarkan dan membaca Al Qur’an, bahkan mereka lebih cenderung
mengobati kegalauan lewat status curhat di Facebook dan Twitter atau
mendengarkan musik dan nyanyian yang pada dasarnya semua itu merupakan
sumber kegalauan yang cukup besar. Sehingga yang galau semakin galau,
yang tidak galau menjadi galau.
Dengan demikian, kita tak perlu resah dan
gelisah akan perasaan galau yang menghiasi kehidupan kita, marilah kita
menjadi orang yang bijak dalam merespon realita, karena galau itu tak
sekedar rasa, melainkan akan menjadi bagian dari warna-warni kehidupan
jika kita mampu memaknainya dengan bijak. Olehnya itu marilah kita
mengarungi hiruk pikuk kehidupan ini dengan menyandarkan setiap
kegalauan kepada Sang Pemilik kehidupan, sebagaimana yang Allah telah
sebutkan dalam firman-Nya: “orang-orang yang beriman dan hati mereka
manjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan
mengingati Allah-lah hati menjadi tenteram.” (QS – ArRa’d 28)
Hakikatnya hidup ini merupakan rangkaian
proses belajar dan menempa diri agar menjadi lebih baik senantiasa.
Sungguh, begitu banyak hal dapat disajikan dari perjalanan detik demi
detik kehidupan kita. Hal-hal yang kita rasakan, kita lihat, kita
dengar, kita keluarkan melalui lisan, semuanya bisa menjadi sesuatu yang
sarat makna dan dapat memperkaya khazanah pengalaman kita untuk
selanjutnya dijadikan modal bagi proses perbaikan diri, jika kita mau
tentunya.
Setidaknya penjelasan ini dapat
diinterpretasikan sebagai referensi ‘walau hanya secuil’ demi perbaikan
terhadap umat yang galau, dan sebagai masyarakat ilmiah yang berbudaya,
alangkah baiknya jika kita saling menitipkan diri demi sebuah harapan
dan kepedulian kepada generasi muda. Wallahu a’lam bishshawab.
Referensi: http://achmadfirdaus.wordpress.com/tag/obat-galau-dalam-al-quran/
0 komentar:
Posting Komentar