Syair Tombo Ati adalah ciptaan Sunan Bonang, salah satu Wali Songo.
Dahulu syair dengan bahasa Jawa tersebut seringkali ditembangkan oleh
jamaah langgar (masjid kecil) di daerah Jawa Tengah dan Timur saat
menanti iqomah tiba. Kini, syair tersebut kembali terkenal, terdengar
melalui radio dan televisi, didendangkan dan diperkenalkan kembali
oleh budayawan, vEmha Ainun Najib dan penyanyi lagu islami terkenal,
Opick.
Tombo Ati iku limo perkorone
Kaping pisan moco Kuran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat wetengiro ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah nyembatani
Kaping pisan moco Kuran lan maknane
Kaping pindo sholat wengi lakonono
Kaping telu wong kang soleh kumpulono
Kaping papat wetengiro ingkang luwe
Kaping limo zikir wengi ingkang suwe
Salah sawijine sopo biso ngelakoni
Mugi-mugi Gusti Allah nyembatani
Syair tersebut penuh dengan nasihat dan petunjuk bagi orang-orang
yang kehidupannya terasa dipenuhi dengan masalah. Tapi, sayang sekali
maknanya yang dalam seringkali terlewatkan begitu saja. Walaupun
dinyanyikan berulangulang oleh pengamen jalanan di bus dan angkutan umum
dengan khidmat mendayu,untuk mengingatkan dan menasihati, kita – para
penumpang, kerap terlena ,tenggelam dalam ‘masalah’ masing-masing.
Mendengar tapi seolah-olah tuli, banyak hati yang telah ditutup dan
dikunci oleh Allah SWT sehingga tidak bisa lagi menerima petunjuk dari
syair tersebut.
Terkait dengan hati, ada beberapa ayat Al-Quran dan Hadits berikut,
yang maknanya adalah bahwa semua permasalahan manusia berpangkal dari
hati (al-qalb).
"Sesungguhnya orang-orang kafir sama saja bagi mereka
apakah kamu beri peringatan atau tidak kamu beri peringatan,mereka tidak
juga akan beriman. Allah telah mengunci hati dan pendengaran mereka,
dan penglihatan mereka ditutup.Dan bagi mereka siksa yang amat berat."
(QS Al-Baqarah: 6-7).
Sesuai dengan artinya, al-qalb adalah bolak-balik – gampang berubah
,senantiasa berkembang, dan pasangsurut, sehingga hati perlu dijaga
dengan baik. Jika tidak, hati akan berubah menjadi sakit (al-qalb
al-maridh), bahkan hati bisa menjadi mati, yang mengeras melebihi
kerasnya batu. Seperti yang diterangkan dalam Al Quran Surat Al Baqarah
ayat 74, Allah SWT berfirman:
"Kemudian setelah itu hati kalian menjadi keras seperti
batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal diantara batu-batu itu sungguh
ada yang mengalir sungai-sungai dari padanya dan diantaranya sungguh ada
yang terbelah lalu keluarlah mata air dari padanya dan diantaranya
sungguh ada yang meluncur jatuh karena takut kepada Allah. Dan Allah
sekali-sekali tidak lengah dari apa yang kalian kerjakan."
Rasulullah SAW bersabda: "Dalam tubuh manusia ada segumpal
daging,apabila ia baik, maka baik pula seluruh tubuhnya; dan jika ia
rusak, maka rusak pula seluruh tubuhnya. Ketahuilah, itulah hati."
(HR. Bukhori).
Ayat dan Hadist tersebut menjelaskan kenapa dalam masyarakat modern
begitu banyak manusia yang memiliki pikiran cerdas, tetapi akhirnya
menjadi orang gagal, menjadi orang yang bermasalah. Itu karena mereka
memiliki hati yang sakit. Kemampuan indera yang ada di dalam hatinya
menjadi lemah, hati tidak bisa melihat lagi sesuatu dalam bentuk
yang sebenarnya, hati menjadi galau dan risau. Dan yang lebih fatal,
hati menjadi mati, menjadi buta, tuli, bisu, dan lumpuh. Tidak bisa lagi
membedakan antara kebenaran, kesesatan, ketakwaan, kemaksiatan, dan
lain sebagainya.
Untuk mengkaji permasalahan hati dalam sudut pandang Islam, pada
bulan Oktober lalu, di Surau Baitul Amin (SBA),Bojongsari, Depok,
diadakan pembahasan Al-Quran dengan metode tematik. Tema yang
diketengahkan adalah ‘Tombo Ati’, atau obat hati. Dalam kesempatan
tersebut, Pimpinan Yayasan Prof. DR. H. Kadirun Yahya (YDPKY), Al
Mukarrom Sayyidi Syaikh H. Abdul Khalik
Fajduani, SH, menyampaikan, "Semua persoalan, apakah mahasiwa yang drop
out, orang kantor yang bermasalah, dan lain-lain, itu semua terjadi
karena hatinya galau,hatinya risau."
Selanjutnya Ketua YDPKY mengutip sebuah riwayat sahabat Rasulullah
SAW yang bernama Ibnu Mas'ud, salah satu orang yang pertama masuk Islam.
Pada suatu ketika datanglah seseorang kepada
sahabat tersebut meminta nasehat, katanya: "Wahai Ibnu Mas’ud,berilah
nasehat yang dapat kujadikan obat bagi jiwaku yang sedang gelisah. Dalam
beberapa hari ini, aku merasa tidak tenteram, jiwaku gelisah dan
fikiranku kusut, makan tak enak, tidurpun tak nyenyak.”
Maka Ibnu Mas’ud menasehatinya, katanya: ”Kalau
penyakit itu yang menimpamu,maka bawalah hatimu mengunjungi tiga tempat,
yaitu ketempat orang membaca Al Quran, engkau baca Al Quran atau engkau
dengar baik-baik orang yang membacanya; atau engkau pergi ke pengajian
yang mengingatkan hati kepada Allah; atau engkau cari waktu dan tempat yang
sunyi, disana engkau berkhalwat menyembah Allah, umpama di waktu tengah
malam buta, di saat orang sedang tidur nyenyak, engkau bangun
mengerjakan shalat malam, meminta dan memohon kepada Allah ketenangan
jiwa, ketentraman pikiran dan kemurnian hati. Seandainya jiwamu belum
juga terobati dengan cara ini, engkau minta kepada Allah, agar
diberi-Nya hati yang lain, sebab hati yang kamu pakai itu, bukan lagi
hatimu." Itulah yang kemudian dibuat syairnya oleh Sunan Bonang dalam
tembang Tombo Ati (Obat Hati).
Untuk mengobati hati yang galau, Pimpinan Yayasan memisalkan hati
yang sakit seperti kegelapan, dan untuk menghilangkannya beliau mengajak
untuk menyalakan lampu. Manusia harus melepaskan kegalauan hatinya,
yaitu dengan mempraktekan syair Tombo Ati dalam kehidupan, sehingga
menjadi obat bagi berbagai penyakit hati yang mudah hinggap.
Obat hati itu ada lima macam
Nomor satu, membaca Al Quran dengan maknanya
Nomor dua, sholat malam dirikanlah
Nomor tiga, berkumpullah dengan orang sholeh
Nomor empat, perutmu dilaparkan/perbanyaklah berpuasa
Nomor lima, dzikir malam perpanjanglah
Nomor satu, membaca Al Quran dengan maknanya
Nomor dua, sholat malam dirikanlah
Nomor tiga, berkumpullah dengan orang sholeh
Nomor empat, perutmu dilaparkan/perbanyaklah berpuasa
Nomor lima, dzikir malam perpanjanglah
Semoga dengan melakukan salah satunya; yang akan dibahas satu persatu
dalam tulisan Mozaik edisi-edisi berikutnya,Insya Allah Yang Maha Kuasa
memberkati kita semua. Aamiin Ya Robbal ‘Aalamiin. [NAV/ASD/RH]
Sumber: http://baitulamin.org/mozaik-surau/tutur-tinular/184-solusi-bagi-hati-yang-galau.html
0 komentar:
Posting Komentar