Jumat, 12 Oktober 2012

Biar bagaimanapun Dakwah juga butuh Evaluasi, Euy.

Leave a Comment
Kebaikan jangan sampai dikalahkan oleh kejahatan, yang disebabkan karena terlalu semangatnya para aktivis dalam memasuki wilayah pertempuran, tanpa berhitung dan menyiapkan konsekuensi praksis untuk bisa menang. Pelaku kejahatan menyiapkan sangat banyak amunisi, memiliki banyak fasilitas, sangat banyak jaringan, sangat banyak perangkat teknis untuk menang. Sementara pelaku kebaikan hadir di kancah pertempuran tanpa mempersiapkan perbekalan yang memadai. Kebaikan bisa dikalahkan oleh kejahatan. Ini kondisi umum.
Tentu saja ada kondisi khusus, dimana situasinya berbeda dengan kondisi yang berlaku secara umum. Misalnya masyarakat Palestina yang harus menghadapi agresor Israel yang memiliki kekuatan militer sangat lengkap. Mereka harus menghadapi dengan semangat dan segala keterbatasan yang ada, karena tidak mungkin agresor Israel dibiarkan saja membantai dan menindas rakyat Palestina. Apapun kondisi yang ada, harus bangkit melawan agresor.
Sumber: chlorophilia.wordpress.com

 

Tidak mungkin menunggu lengkapnya kekuatan sarana dari rakyat Palestina, baru berani menghadapi agresor. Harus dihadapi dengan kondisi apapun. Ini kondisi khusus, dimana yang dimiliki dan diandalkan adalah konsekuensi keimanan, karena tidak memiliki kemampuan untuk menghadirkan konsekuensi praksis berupa sarana dan prasarana yang memadai yang setara dengan Israel.
Saat ini kita sedang berbicara dalam kondisi umum, bukan kondisi khusus. Sepuluh orang pejuang kebaikan tanpa memiliki sarana, akan mudah dikalahkan oleh seribu pelaku kejahatan yang memiliki sarana lengkap. Sepuluh orang pejuang kebaikan ini rela menjadi martir, siap syahid untuk menyuburkan gelora perjuangan. Namun persoalannya bukan sekedar kesiapan berkorban dan kesiapan untuk hancur lebur bersama keyakinan dan kebaikannya.
Jika sepuluh pejuang ini mati, maka berarti barisan kebaikan telah kehilangan sepuluh tenaga utama. Jadi, harus dihitung dengan cermat, apakah kehilangan sepuluh tenaga utama ini sudah memadai dibanding dengan hasil pertempurannya ? Seperti matinya Ghulam sang Pembawa Kebenaran, telah berdampak menyadarkan masyarakat untuk mengikuti Kebenaran.

Membuat Perhitungan dalam Dakwah
Syaikh Musthafa Masyhur memberikan beberapa saran bagi pergerakan dakwah untuk membantu membuat perhitungan dan pertimbangan yang tepat dalam mengambil keputusan:
  1. Resiko kesalahan membuat perhitungan dan penilaian tidak bisa diperbaiki atau ditebus. Hal ini akan menyebabkan munculnya orang-orang yang semata-mata bermodalkan semangat berkorban dengan seluruh jiwa raganya dan siap untuk syahid. Tetapi masalahnya terletak pada persoalan apa yang akan dicapai dengan pengorbanan tersebut ? Apakah kehilangan itu lebih menguntungkan dakwah dan organisasi dari pada keberadaannya ?
  2. Jiwa anggota bukan hak miliknya dalam arti kata yang sebenarnya. Dengan demikian tak wajar bagi seorang anggota melaksanakan suatu tindakan sesuka hatinya tanpa dibenarkan oleh pemilikinya, yaitu Allah SWT. Organisasi bertanggung jawab dan berkewajiban mengendalikan dakwah dengan sebaik-baiknya sesuai aturan Islam, atau sekurang-kurangnya yang dibenarkannya.
  3. Harus selalu mendalami perjalanan dakwah masa permulaan Islam dengan memanfaatkan pengalaman gerakan dakwah yang telah ada. Gerakan Islam hendaknya tidak menyia-nyiakan pengalaman itu, karena seorang mukmin tidak selayaknya terperosok dua kali dalam lubang yang sama.
  4. Hendaknya dipahami benar-benar bahwa tindakan yang menentang bahaya secara terbuka memerlukan kekuatan yang seimbang atau jika kurang, harus sesuai dengan kadar kekurangannnya. Sebab kekuatan yang tidak seimbang tidak mungkin mampu menentangnya secara terbuka. Seribu kafir yang lengkap senjatanya, tidak mungkin menurut logika dapat dihadapi oleh sepuluh orang muslim tanpa senjata. Persoalan kalah dan menang berjalan sesuai sunatullah.
Jadi, semangat sangatlah penting. Namun menghadapi pertempuran terbuka, tidak cukup bermodalkan semangat semata. Bahkan semangat yang sudah menyala, bisa memudar jika tidak dibarengi dengan kemampuan untuk menyiapkan sejumlah sarana dan prasarana dalam upaya memenangkan pertempuran. Organisasi dakwah wajib menyiapkan berbagai konsekuensi praksis yang memadai, jika terlibat dalam pertempuran terbuka. Apapun jenis pertempuran itu, termasuk pertempuran politik.

Ada Hitungan Lain
Saya mendengar kabar –entah setingkat apa kebenarannya—bahwa ada calon Gubernur yang maju dalam sebuah Pilkada, untuk biaya iklan media saja ia mengeluarkan Rp 7 Milyar setiap bulan. Hanya untuk biaya iklan media, belum untuk biaya yang lainnya. Dengan iklan yang digelontor dana besar tersebut, memudahkan bagi dirinya untuk dikenal masyarakat dan mendapatkan peluang elektabilitas yang tinggi. Jika konsekuensi praksis ini tidak disiapkan, bisa jadi hasilnya justru kontraproduktif.
Kenapa saya katakan praksis ? Karena bentuknya memang sangat praktis bahkan pragmatis. Para aktivis yang bekerja siang dan malam tanpa imbalan materi ini, semangatnya luar biasa. Akan sangat optimal apabila disertai dengan kemampuan mendatangkan konsekuensi praksis, guna sarana berjuang di ranah politik. Untuk keperluan iklan, untuk pengadaan sarana dan prasarana kampanye, untuk pembuatan program-program ke tengah masyarakat, dan lain sebagainya.
Inilah perhitungan lain tersebut. Awalnya harus dilihat sejauh mana kondisi keimanan, kondisi ruhaniyah, kondisi ubudiyah para aktivis dakwah. Apakah kekalahan dalam pertarungan politik disebabkan karena lemahnya iman, lemahnya spiritual, lemahnya ibadah para aktivis? Apakah ada kemaksiatan yang dilakukan para aktivis? Apakah banyak pelanggaran syar’i yang terjadi di lingkungan aktivis? Jika iya, berarti ada problem besar yang tengah menghadang organisasi dakwah, karena ada kelemahan mendasar pada para kadernya. Wajar kalau hasil pertempuran berupa kekalahan.
Setelah evaluasi ruhaniyah tersebut dilakukan, dilanjutkan dengan hitungan dan evaluasi teknis dan praktiis. Saya hanya ingin mengatakan, bahwa untuk menang dalam pertempuran terbuka, tidak cukup bermodalkan semangat semata. Harus ada peta proses yang jelas dan kemampuan memenuhi konsekuensi logis dalam perjuangan. Termasuk dalam medan pertempuran politik, seperti Pilkada. Dalam medan Pilkada ini, gambarannya seringkali bukan “kebaikan melawan kejahatan”, namun lebih kepada perbedaan kompetensi antara satu calon dengan calon lainnya. Bukan hitam putih.
Kejelasan peta proses dan kemampuan memenuhi konsekuensi logis sangat diperlukan untuk menang dalam medan pertempuran Pilkada. Ini semua justru dalam rangka menjaga soliditas dan menyuburkan semangat yang telah demikian menyala.

Referensi:  http://cahyadi-takariawan.web.id/?p=2595

0 komentar:

Posting Komentar