Umar bin Khattab dilahirkan 12 tahun setelah kelahiran Rasulullah
saw. Ayahnya bernama Khattab dan ibunya bernama Khatmah. Perawakannya
tinggi besar dan tegap dengan otot-otot yang menonjol pada kaki dan
tangannya, berjenggot lebat, berwajah tampan, dengan warna kulit yang
coklat kemerah-merahan. Umar dibesarkan di lingkungan Bani Adi, salah
satu kabilah Quraisy. Nasabnya adalah Umar bin Khattab bin Nufail
bin Abdul Uzza bin Riyah bin Abdullah bin Qarth bin Razah bin Adiy
bin Ka’ab binLu’ay bin Ghalib.
Umar adalah sosok yang tegas, pemberani, visioner, namun sekaligus
sederhana,. bijaksana dan lembut. Ketika Umar menjadi khalifah kedua
setelah wafatnya Abubakar Ash Shidiq, wilayah kekhalifahan berkembang
sangat luas. Itu karena kerja keras yang dilakukan untuk menyebarkan
nilai Islam sebagai rahmat bagi semesta alam. Ia berhasil membawa Islam
ke Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan,
Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Khalifah yang Sederhana
Suatu hari, seorang utusan Romawi tengah mencari Khalifah Umar bin
Khattab. Setelah beberapa saat tak menemukan istana Khalifah, ia
bertanya kepada orang yang dijumpainya. “Dimanakah istana Khalifah
Umar?” Orang itu menjawab, “Ia tidak punya istana.” Utusan Romawi
bertanya lagi, “Lalu, dimana benteng Khalifah Umar?” Orang itu menjawab,
“Tidak ada.”
Orang itu menunjukkan rumah Sang Khalifah yang terlihat seperti rumah
orang biasa. Segera didatanginya rumah tersebut dan utusan Romawi
menanyakan keberadaan Amirul Mukminin. Alangkah terkejutnya saat
mendengar jawaban dari keluarga Umar: “Itu Umar di sana, sedang tertidur
di bawah pohon.”
Karakter yang sangat pantas diteladani dari Umar adalah kesederhanaan
hidup, dan kebersahajaan dalam penampilan. Betapa mahal kesederhanaan
pada zaman kita sekarang. Umar adalah sosok yang sangat sederhana dan
memperhatikan kepentingan rakyatnya. Ia istirahat siang sejenak di depan
rumahnya, di bawah sebuah pohon, tanpa pengawal. Agar selalu bisa
dilihat oleh rakyatnya bahwa ia ada di rumah, sehingga bisa ditemui
untuk berbagai urusan mereka.
Suatu saat Umar bin Khathab pernah berkata, “Sesungguhnya seorang
pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain.
Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk
kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah.
Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas
yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk
membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu
sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus
diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal”.
Umar selalu berusaha untuk mengerti dan memenuhi kebutuhan rakyatnya.
Qatadah pernah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah
yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan
dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah. Sambil
memikul jagung ia berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.”
Abdullah bin Umar, putera sang Khalifah menceritakan bahwa Umar bin
Khattab pernah berkata : “Seandainya ada anak kambing yang mati di
tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban
oleh Allah SWT.”
Umar adalah sosok pemimpin yang mendahulukan kepentingan rakyat, maka
ia buktikan bahwa ia adalah orang yang lebih dahulu lapar dan yang
paling terakhir kenyang, Umar pernah berjanji tidak akan makan minyak
samin dan daging hingga seluruh rakyat kenyang memakannya.
Habish yang Membuat Murka
Suatu ketika Utbah bin Farqad, Gubernur Azerbaijan, disuguhi makanan oleh rakyatnya. Dengan senang hati gubernur menerimanya.
“Apa nama makanan ini?”. tanya Gubernur.
“Namanya Habish, terbuat dari minyak samin dan kurma”, jawab salah seorang dari mereka.
Utbah segera mencicipi makanan itu. “Subhanallah, betapa
manis dan enak makanan ini. Jika makanan ini kita kirim kepada Amirul
Mukminin Umar bin Khattab di Madinah dia akan senang”,, ujar Utbah.
Segera ia memerintahkan rakyatnya untuk berangkat ke Madinah dengan
membawa Habish bagi Khalifah Umar. Khalifah segera membuka dan
mencicipinya.
“Makanan apa ini?” tanya Umar.
“Makanan ini namanya Habish. Makanan paling lezat di Azerbaijan,” jawab salah seorang utusan.
“Apakah seluruh rakyat Azerbaijan bia menikmati makanan ini?”, tanya Umar lagi.
“Oh, tidak semua rakyat bisa menikmatinya”, jawab utusan itu.
Wajah Khalifah langsung memerah karena marah. Ia segera memerintahkan
kedua utusan itu untuk membawa kembali habish ke negrinya. Kepada
Gubernur ia menulis surat: “Makanan semanis dan selezat ini tidak dibuat
dari uang ayah dan ibumu. Kenyangkan dulu perut rakyatmu dengan makanan
ini sebelum engkau mengenyangkan perutmu”.
Itulah Khalifah Umar bin Khathab, yang selalu mengerti kondisi
rakyatnya. Ia tidak mau menyakiti hati rakyat yang dipimpinnya. Ia
sangat menjaga dan merawat perasaan rakyat. Betapa rindu kita dengan
sosok yang sangat kuat visi kenegaraannya, namun sekaligus memberikan
keteladanan dalam kesederhanaan bagi masyarakat.
Referensi: http://cahyadi-takariawan.web.id
Referensi: http://cahyadi-takariawan.web.id
subhanallah... luar biasa. untuk jaman sekarang, adakah kan lahir umar-umar baru ?
BalasHapus