Kamis, 13 Februari 2014

Sikap IM terhadap organisasi lain

Leave a Comment
Ustadz Al Banna rahimahullah mengatakan:
“Sikap kita terhadap berbagai organisasi Islam manapun, berdiri di atas landasan cinta dan persaudaraan, ta’awun dan loyal. Kami mencintainya dan bekerja sama dengannya. Kami berusaha mendekatkan berbagai pendapat, sepakat di atas perbedaan pemikiran hingga kebenaran dapat menang di bawah naungan sikap saling ta’awun dan cinta. Perbedaan pendapat dalam fiqih, juga perselisihan mazhab tidak memisahkan antara kami dan mereka.


Sesungguhnya agama Allah itu mudah. Dan tidak ada yang terlalu memperberat masalah agama kecuali ia akan dikalahkan olehnya. Allah Subhanahu wa Ta’ala. telah menunjukkan kami satu khittah ideal agar kami memenangkan kebenaran secara lembut, simpatik, dan diterima oleh akal. Kami yakin bahwa kelak akan datang suatu masa, di mana semua nama, julukan, kelompok, perbedaan-perbedaan teoritis, seluruhnya diganti oleh kesatuan amal yang menghimpun semua barisan pasukan Muhammad. Semuanya adalah saudara sesama muslim, yang berjuang demi agama, dan berjihad di jalan Allah.
Ikhwanul Muslimin mengetahui bahwa menghimpun seluruh manusia dalam masalah far’iyat adalah tuntutan mustahil. Bahkan berlawanan dengan tabi’at din. Sesungguhnya Allah menginginkan agama ini kekal dan langgeng di setiap zaman. Masalah ini adalah teramat mudah bagi Allah.
Karena itu, Ikhwan mentolerir mereka yang berbeda pendapat dalam masalah far’iyat. Memandang bahwa perselisihan selamanya tidak akan menjadi penghalang keterikatan hati, saling cinta dan ta’awun di atas kebaikan. Agar mereka seluruhnya dapat terhimpun dalam makna Islam yang luas dengan batas-batasnya yang paling utama.dan paling luas.
Para shahabat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam berselisih dalam hal fatwa. Tapi apakah hal itu memunculkan perpecahan hati di antara mereka? Apakah persatuan mereka terobek-robek oleh perselisihan? Tidak sama sekali. Contoh terdekat dalam masalah ini adalah hadits shalat Ashar di Bani Quraizah. Sekiranya mereka telah berselisih pendapat, padahal mereka manusia yang paling dekat dengan masa kenabian, paling paham terhadap seluk beluk hukum, mengapa kita saling bermusuhan karena perbedaan pendapat? Sekiranya para imam mazhab, mereka manusia yang paling tahu dengan Kitabullah dan sunnah Rasul-Nya, berbeda pendapat, dan berdiskusi satu sama lain, dan tetap pada jalinan ukhuwah mengapa kita tidak mampu bersikap seperti mereka? Sekiranya perselisihan telah terjadi dalam masalah-masalah far’iyat yang paling terkenal, seperti adzan yang dikumandangkan lima kali dalam satu hari, sebagaimana diriwayatkan dalam nash dan atsar, apalagi dalam masalah yang lebih rumit, yang rujukannya adalah pendapat dan istinbath? 
www.hasanalbanna.com

0 komentar:

Posting Komentar